Senin, 16 Mei 2011

HARAPANKU UNTUK IBU

Dari kejauhan tarlihat seorang gadis remaja berjalan sendiri dalam keremangan malam di sebuah taman. Ia terus berpikir untuk apa ia dilahirkan ke dunia ini. Dalam bayangannya terlintas sebuah perkataan dari orang yang sangat disayanginya “Kamu jangan terus menuntut perhatian dan materi dari ibu terus, anak ibu kan bukan hanya kamu saja.” Semakin dipikirkan-semakin mengusik ketenangan hatinya. Gadis periang yang sering dipanggil dengan nama Sarah ini menangis sesenggukkan berharap hilang dari muka bumi.
                Di SMA 1 Bandung Sarah sudah terkenal periang oleh para guru dan juga teman-temannya. Namun di suatu pagi hal yang langka terjadi. Sarah sudah datang sejak pagi, namun yang dilakukannya hanya diam menatap langit dengan tatapan kosong. “Sarah kamu tumben pagi-pagi udah ngelamun?”, tanya seorang teman akrab Sarah yang bernama Dinar. “Aku ingin mati saja rasanya, tadi malam ibuku berkata agar aku tidak lagi menuntut kepadanya. Padahal aku menuntut memang pada saat aku butuh, tapi dia seperti tidak peduli kepadaku”, tangis Sarah pecah dan Dinar syok mendengar perkataan sahabat karibnya itu kemudian memberikan nasihat “Tenang dulu Sar, coba dinginkan kepalamu. Baru kembali berpikir jernih. Jangan terlanjur emosi dulu, itu tidak baik. Yang ada semua malah jadi tambah buruk”, namun Sarah terus saja menangis seperti sudah menyimpan beban yang terlalu banyak dan kemudian luruh dalam satu waktu. Bel sekolah berbunyi. Semua anak mulai berlarian menuju kelas. Sarah yang merasa malas untuk melakukan apa-apa kemudian memutuskan untuk diam di UKS dan meminta Dinar memberitahu gurunya bahwa ia tidak enak badan.
                Sesampainya di kelas Dinar disambut dengan tatapan tajam dari wali kelasnya. “Dari mana kamu Dinar? Kenapa telat masuk kelas? Di mana temanmu Sarah?”, rentetan pertanyaan itu membuat dinar gugup. “Anu bu tadi saya mengantar Sarah ke UKS dulu, katanya dia tidak enak badan”, setelah tahu penyebab keterlambatan anak muridnya itu bu Mawar yang terkenal galak menjadi sedikit berwajah tenang. Kemudian bu Mawar menyuruh Dinar untuk membawakan tas Sarah ke UKS dan menyerahkan selembar kertas yang bertuliskan surat izin untuk tidak mengikuti pelajaran untuk diberikan kepada penjaga UKS. Dinar segera melakukan apa yang diperintahkan bu Mawar.
                Di UKS Sarah hanya terdiam tanpa makna yang jelas, berpikir kenapa ibunya bisa bicara seperti itu kepadanya. Padahal ia merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang salah. Kemudia Dinar datang membawakan tas dan surat dari bu Mawar. Setelah itu hari Sarah tidak banyak berubah hanya diselimuti dengan banyak pertanyaan.
                Sesampainya di rumah Sarah mengurung diri di kamar. Ia mengenang kejadian-kejadian yang ia rasa menyakitkan yang pernah dilakukan ibunya kepadanya. Sarah mempunyai dua orang adik perempuan, yang satu duduk di bangku sekolah dasar dan yang satu lagi masih berumur empat tahun. Sarah sayang kedua adiknya namun adiknya yang kedua merasa kakaknya terlalu dimanjakan oleh ibu mereka. Sedangkan adik keduanya sayang sekali kepada kakaknya. Saat sedang pergi dengan keluarga Sarah selalu meninggalkan dompetnya. Suatu saat mereka sekeluarga sedang pergi sarah ingin sekali membeli minuman karena haus. Kemudian ia meminta kepada ibunya “Ibu boleh tidak Sarah pinjam uang ibu untuk beli minum?”, kemudian sang ibu menjawab “Ibu sedang tidak ada uang kecil.” Jawaban itu membuat hati sarah sedikit sedih, namun kemudian ia duduk sendirian. Setelah beberapa saat sarah melihat ibunya membelikan minuman yang tadi ia inginkan untuk adiknya dan kemudian mendatangi sarah yang sedang melihat adegan itu sambil berkata dengan sura datar “Ini buat kamu saja, tadi adikmu merengek minta tapi setelah dibelikan malah dibuang-buang”, Sarah hanya bisa menangis dalam hati. “Mungkin aku memang terlalu merepotkan ibu sampai-sampai hanya adik yang boleh meminta”, ucap sarah dalam hati.
                Kemudian setelah kejadian itu sarah mulai menabung untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Ia menabung untuk membeli handphone yang ia dambakan sejak lama, namun setelah ibunya melihat barang yang ia beli sang ibu mengatakan “Dari mana kamu bisa beli barang itu? Pakai uang yang ibu kasih ya? Pantas kamu selalu minta uang mingguan lebih”. Lagi-lagi sarah hanya bisa menangis dalam hati. Padahal yang Sarah harapkan hanya sebuah pujian dari ibunya tersayang karena setelah sekian lama ia berhasil menabung untuk membeli barang yang ia inginkan.
                Pada saat pembagian raport ia dan adiknya secara bersamaan, sang ibu yang mengambilkan raport kedua anaknya. Setelah sampai di rumah ibu sarah melihat raport Sarah dan adiknya. Keduanya selalu mendapatkan nilai yang bagus, namun selalu adik Sarah yang dipuji oleh orang tua mereka. Sedangkan Sarah disuruh untuk belajar lebih tekun lagi. Miris memang bagaimana cara kedua orang tua yang memberlakukan anaknya secara kurang adil.
Sarah sadar ibunya lah yang telah melahirkan, membesarkan, dan menyekolahkannya sampai sebesar ini, namun apa tidak bisa seorang ibu menjaga hati anaknya yang sedang beranjak dewasa. Setelah itu Sarah tersadar dari lamunannya dan kemudian tertidur.
                Suatu hari sarah melihat betapa bahagia keluarganya tanpa adanya dia di tengah-tengah mereka. Hal itu membulatkan tekadnya untuk kuliah di negri orang. Sarah adalah anak yang cerdas di sekolah, ia berusaha dengat giat agar selalu menjadi yang terbaik. Sarah melihat pengumuman beasiswa sekolah ke Belanda. Ia mengajukan diri untuk mendapatkan beasiswa ke Belanda. Setelah dua bulan ia menunggu , beasiswanya diterima dan setelah mengikuti UAN di sekolahnya dan mengurus semua persyaratan dia akan segera berangakat ke Belanda. Semua yang ia lakukan tanpa memberitahu orangtuanya.
                Sampai beberapa hari menjelang kepergiannya ia memutuskan untuk memberitahu kedua orangtuanya, “Ayah, ibu aku akan pergi ke Belanda tiga hari lagi untuk melanjutkan sekolah. Aku hanya ingin berterimakasih kepada kalian karena telah membesarkanku, menyekolahkanku sampai saat ini. Aku tidak akan meminta apapun pada kalian lagi. Kali ini aku akan mengurus diriku sendiri”, Sarah terus berbicara sambil menahan air matanya “Ibu apa boleh aku pergi?.” Sang ibu hanya menjawab “Kenapa  baru bilang sekarang Sar? Apa kamu senang pergi dari rumah?”, Sang ibu berbicara sambil terus menatap anaknya yang menunduk. “Aku senang bisa membahagiakan kalian.”, ucap Sarah dengan hati yang menangis. “Kalau begitu kami doakan sukses di sana.”, ucap ayah dengan bangga. Sang ibu kembali bertanya “Kamu akan bayar uang sekolah pakai apa? Ibu dan aya tidak punya uang lebih, kami bukan orang kaya.” “Tenang bu aku ini dapat beasiswa, dan di sana aku akan bekerja. Aku tidak akan merepotkanmu lagi. Sekarang ibu bisa memakai semua uang ibu untuk adikku karena aku tidak akan merepotkan ibu lagi.”
                Pada hari terakhir menjelang kepergian Sarah ke Belanda, sang ibu jatuh sakit. Sang ibu terkena kangker hati yang sudah akut dan harus menjalani operasi yang kemungkinan selamatnya kecil. Sarah sedih sekali melihat betapa ibunya berjuang menahan sakit. Sarah tidak tahan melihat itu dan kemudian berlari keluar dari rumah sakit sambil menangis. Dan sebuah tragedi terjadi. Kecelakaan yang dahsyat terjadi di dekat rumah sakit dan Sarah adalah salah satu pasien sekarat.
                Beberapa bulan setelah kejadian Sang ibu sudah pulih sepenuhnya dan bertanya kepada Sang ayah bagaimana keadaan Sarah di Belanda. Sang ayah berkata “Sarah baik di sana, dia selalu menanyakan keadaan ibu.” Sang ibu berkata ingin sekali berkunjung ke tempat Sarah, tetapi sang ayah hanya terdiam sambil menangis. “Ayah kenapa menangis? Apa ibu berbuat salah?”, tanya ibu dengan perasaan khawatir. “Ayah tidak apa-apa, tapi ada yang ingin ayah berikan kepada ibu”, jawab ayah sembari mengeluarkan selembar kertas dari dalam dompetnya.
                Sang ibu membaca surat itu sambil bertanya-tanya, apa geranyan yang membuat suaminya sedih. Isi surat itu :
                Untuk ibuku tersayang
                Apa ibu sudah baik-baik saja? Aku baik di sini. Ibu aku ingin mengatakan sesuatu dan mungkin akan menyakiti hati ibu, tapi tolong maafkan perkataanku. Aku sayang sekali sama ibu. Apa ibu sayang sama aku? Ibu, mungkin sekarang kalian sedang bahagia di sana. Aku juga bahagia kalau kalian bahagia. Mungkin banyak yang ibu tidak tahu setelah ibu terbaring sakit selama beberapa bulan, tapi aku yakin ibu akan segera tahu semuanya. Aku hanya berharap ibu akan selalu bahagia dan tolong jangan lupakan aku ibu.
                                                                                                  Dari yang selalu menyangimu
                                                                                                                            Sarah
Isi surat sarah membuat sang ibu semakin bertanya-tanya. Kemudian sang ayah menjelaskan banyak hal “Ibu yang perlu ibu tahu Sarah tidak ada di Belanda sekarang” “lalu ia di mana?”, tanya sang ibu “Sarah pergi jauh dari kita”, lanjut ayah dengan mata berkaca-kaca “Ia sudah meninggal”, sang ibu terkejut dan tidak percaya dengan perkataan sang ayah. “Ayah bohong. Sarah tidak mungkin meninggal”, ucap ibu sambil terisak “Di hari saat ibu mengalami kangker hati akut, Sarah mengalami kecelakaan dan ia kritis. Namun di ujung hayatnya sarah menuliskan surat itu untuk ibu. Ia hanya berkata “semoga dengan hati ini ibu bisa merasakan apa yang kurasakan selama ini, dan akan menyayangiku seperti ibu menyayangi adik-adikku”. Setelah itu ia memutuskan untuk mendonorkan hatinya untuk ibu setelah ia tiada”, dengan tetesan air mata di akhir hayatnya kemudian ia tersenyum bu.”
                Semuanya sudah terlambat, waktu sudah tidak bisa diputar lagi. Sang ibu hanya bisa menangis dan menjalankan apa yang diinginkan anak sulungnya yang sudah pergi selamanya. Semua yang Sarah lakukan untuk ibunya dan perkataan yang diucapkan sang ibu, kembali berputar di kepala sang ibu. “Sarah hanya ingin diperhatikan dan disayang, tapi apa yang aku berikan?”, ucap sang ibu dengan tangis penyesalan.

Minggu, 15 Mei 2011

film paling di tunggu tahun ini

 
ini film pertama yang pengen banget gue tonton kalau udah ada di bioskop (berharap banget pokoknya)

dan ini satu lagi film yang pengen banget gue tonton bareng sahabat lama :D

UDAH GAK SABAR NUNGGU KEDUA FILM INI MAIN DI BIOSKOP