"Syifa... bangun... Sudah jam
6 pagi ini. Nanti kamu telat sekolah!"
Teriak Umi Syifa dari lantai 1
rumah keluarga Umar.
"Iya Umi. Ini Syifa sudah
bangun kok dari tadi."
Jawab Syifa dengan mata yang masih
mengantuk seakan meminta untuk ditutup kembali.
"Cepat ya sayang... Nanti
kalau telat kamu sendiri yang susah!"
Lanjut Umi masih dengan teriakan
cintanya yang setiap pagi selalu terdengar di dalam rumah.
Sepulang sekolah seperti biasa
karena bulu tangkis masih ramai dimainkan di dalam komplek, Syifa dan Hilwa
langsung mengambil raket masing-masing dan bertemu di lapangan komplek. Tapi
setelah sampai di lapangan ternyata lapangan sudah penuh dengan anak-anak
komplek lainnya yang
juga bermain bulu tangkis.
"Wa kita main di depan
rumahku aja yuk. Di sini udah rame."
Ajak Syifa.
"Ayuk deh."
Jawab Hilwa.
Setelah agak lama bermain berdua
hingga hari hampir sore, tidak dirasa angin sore semakin kencang dan
menerbangkan kok yang mereka mainkan ke atas pohon.
"Aduh gimana nih koknya
nyangkut lagi."
Keluh Syifa sambil berusaha
mengambil kok dengan menggunakan raketnya yang dipukul-pukulkan ke arah pohon.
Tapi karena Syifa dan Hilwa sama-sama tidak sampai, mereka hanya bisa
berusaha sambil melompat-lompat. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan
menawarkan bantuannya untuk mengambilkan kok dari atas pohon.
"Sini aku bantu ambil
koknya."
Sahut anak laki-laki yang tingginya
melebihi Syifa dan Hilwa dari arah belakang. Anak tersebut langsung mengambil
raket yang dipegang Syifa dan melompat tinggi sambil mengayunkan raket ke arah
pohon. Kok yang tadinya
tersangkut akhirnya jatuh ke tanah.
"Makasih ya kak. Kita jadi
ngerepotin."
Ucap Syifa dengan muka berseri.
"Iya gak papa. Udah biasa
kalau main sore-sore, kok banyak yang nyangkut ke atas pohon. Anginnya kenceng
soalnya."
"Yaudah aku balik dulu ya Wa
sama temenya Hilwa."
Ucap anak laki-laki baik hati tadi
dengan wajah tersenyum manis sambil berjalan ke dalam rumah di sebrang rumah
Syifa.
"Itu tadi siapa Wa? Udah
ganteng, baik banget
lagi."
Tanya Syifa dengan wajah yang
berseri.
"Oh tadi itu Kak Adam. Dia
itu emang baik orangnya. Dia itu udah lama tinggal di rumah itu Syif. Dia beda
3 tahun dari kamu. Kalau nggak salah dia punya sodara laki-laki namanya Kak
Ali."
Jawab Hilwa lengkap dengan wajah
yang memerah.
"Kamu suka ya sama dia
wa?"
Tanya Syifa lagi karena penasaran
dengan perubahan wajah Hilwa yang menjadi merah padam.
"Sebenarnya sih iya. Tapi
kamu jangan bilang siapa-siapa ya Syif... Ini rahasia."
Jawab Hilwa dengan wajah yang
semakin merah dan suara yang semakin mengecil.
Syifa menggangguk dan tersenyum ke
arah Hilwa.
Malam itu di dalam kamar, Syifa
melihat ke jendela rumah di sebrang rumahnya sambil berpikir. Kenapa bisa ada
orang sebaik Kak Adam punya sodara laki-laki yang ketus banget kayak Ali.
Tapi aku
beruntung banget bisa tinggal deket sama Kak Adam, udah baik... ganteng lagi.
Pikir Syifa sambil senyum-senyum
sendiri.
Tapi aku gak
boleh suka sama dia, kan Hilwa uda suka duluan sama Kak Adam. Pokoknya aku
harus bantuin Hilwa deket sama Kak Adam.
Ucap Syifa dalam hati sembari
menghela nafas dengan raut wajah sedih bercampur
senang.
bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar