Hari ini akan menjadi salah satu hari penting bagiku.
Hari bersejarah yang tidak akan pernah kulupakan. Untaian kalimat yang fasih
dari mulutnya akan memberikan sebuah masa depan baru bagi kami berdua.
“Kuterima nikah dan kawinnya....” Dia jodohku, laki-laki yang akan menjadi
pelabuhan terakhir dalam hidupku. Cincin emas dan seperangkat alat sholat
menjadi bukti dari cintanya padaku. Getaran hati ini akan segera hilang dan
berganti menjadi kebahagiaan yang menanti hidup kami berdua. Janjinya kepada
ayahku di hari yang bersejarah ini akan membuat kami berdua menjadi sebuah
keluarga baru. Rasanya baru kemarin aku bilang sangat kesal pada laki-laki yang
akan segera menjadi suamiku ini. Masa remajaku yang penuh cerita lucu, sedih,
marah, dan kecewa jadi terngiang jelas di ingatanku saat ini. Masa di mana kami
belum terlalu memikirkan mengenai hal-hal sulit dalam kehidupan.
Sepuluh tahun sebelum hari H....
“Syifa.... main yuk!”
Panggil seorang anak perempuan lugu berumur 12 tahun mengenakan kerudung biru di depan rumah seseorang.
“Sebentar aku ganti baju dulu Wa...”
Jawab anak perempuan lain yang berumur satu tahun lebih tua dari gadis
berkerudung biru tadi dari dalam rumah.
Setelah Syifa berganti pakaian dari baju seragam sekolahnya, Syifa berlari
ke arah Hilwa yang sudah menunggunya dengan wajah yang sumringah.
“Hari ini kita mau main apa Wa?”
Tanya Syifa yang memiliki nama lengkap Syifa Nisrina Putri.
“Gimana kalau hari ini kita main raket bareng temen-temen lain di lapangan
sana?”
Ajak Hilwa si gadis berkerudung biru.
“Ayuk!”
Jawab Syifa yang kemudian berlari kembali ke dalam rumah dan mengambil
raket kesayangannya.
Berjalanlah mereka berdua dengan hati yang riang di siang hari yang cerah
di dalam komplek perumahan Permata Indah untuk bermain raket bersama
teman-teman mereka yang lain.
Permainan raket atau yang biasa disebut bulu tangkis ini memang sedang
digemari oleh anak-anak di sekitar komplek mereka. Selain karena memang
terdapat kompetisi internasional bulu tangkis yang disiarkan di televisi tiap
sore, juga karena permainan ini bisa dimainkan oleh 2 orang atau lebih sehingga
ramai baik yang memainkan maupun yang hanya sekedar menjadi penonton.
Syifa dan Hilwa memang dikenal sangat akrab sejak keluarga Syifa pindah ke
dalam kompleks Permata Indah satu tahun yang lalu. Syifa dari dulu sudah
dikenal sebagai anak yang pemalu, tapi riang jika sudah merasa nyaman dengan
seseorang. Sedangkan Hilwa adalah anak periang yang pandai bergaul dan memiliki
banyak teman di dalam kompleks perumahan Permata Indah.
Sejak kepindahan Syifa, Hilwa dengan senang hati akan mengajak Syifa
bermain setiap pulang sekolah walaupun umur mereka tidak
sama. Keduanya tetap akrab dan berteman selayaknya anak
seumuran.
Saat langit mulai menunjukkan perubahan warna menjadi jingga, Syifa langsung mengajak Hilwa untuk pulang dan bermain lagi esok
hari sepulang sekolah.
***
Keesokan harinya, Syifa yang sudah berada di tingkat 1 SMP pulang lebih
awal karena gurunya mengadakan rapat rutin di sekolah. Sambil menunggu Hilwa di
depan rumah, Syifa melihat rumah di sebrang rumahnya yang juga sama besarnya
dengan rumahnya sendiri. Ia berpikir bahwa semenjak ia pindah ke dalam kompleks
ini jarang sekali ia melihat keluarga di rumah itu keluar masuk dari dalam
rumah.
Dengan hati yang penasaran, juga sembari menunggu Hilwa yang juga belum
pulang dari SDnya, Syifa mulai berjalan ke arah rumah itu dan melihatnya lebih
dekat sembari melirik ke dalam rumah. Tanpa ia sadari ternyata seorang anak
laki-laki sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan yang tajam.
“Hei kamu sedang apa di depan rumahku?”
Tanya ketus suara anak laki-laki dari balik badan Syifa membuatnya kaget
gelagapan.
“Aduh... kamu bikin kaget aja sih!”
Jawab Syifa dengan nada yang kesal.
“Kamu mau ngapain liat-liat rumah orang kayak gitu?”
Lanjut anak laki-laki tadi dengan suara yang masih sama ketusnya.
“A.. a.. aku gak ngapa-ngapain kok, Cuma liat-liat aja.”
Jawab Syifa dengan suara terbatas-bata karena malu ketahuan mengintip rumah
orang sembarangan.
Kemudian Syifa mengamati anak lelaki tersebut.
Tingginya oke, mukanya ganteng, kulitnya sawo matang,
matanya sipit, badannya gagah dan dia juga menggunakan seragam SMP seperti Aku.
Cakep sih.. tapi galak banget :p
“Awas loh kalau mau ngapa-ngapain! Nanti aku laporin satpam kompleks!”
Tegas anak laki-laki ketus tadi kepada Syifa sembari memberikan tatapan
tajam dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Ye... aku kan cuma liat-liat doang! Biasa aja kali...
Ucap Syifa dalam hati sambil memperlihatkan muka yang ditekuk ke arah anak
laki-laki ketus itu.
Kemudian Syifa kembali menunggu Hilwa di depan rumahnya. Akan tetapi ia
tidak sadar kalau kegiatannya saat itu sedang diamati oleh dua orang dari dalam kamar di lantai 2 rumah yang tadi dia intip.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar