Di dalam ingatan Syifa pada
masa remajanya setelah ia bertemu Kak Adam, Syifa dan Hilwa menjadi dekat
dengan Kak Adam. Karena Kak Adam beberapa kali menemani Syifa dan Hilwa bermain
bulu tangkis di depan rumah Syifa. Keakraban mereka ini tentunya membuat Hilwa
semakin berharap perasaan
sukanya kepada Kak Adam akan dibalas.
Pada suatu hari setelah mereka
selesai bermain bulu tangkis seperti biasanya, Hilwa pelan-pelan mendekati kak
Adam dan berbicara mengenai sesuatu dengan suara yang kecil. Kak Adam kemudian
membalas dengan berdiri dan mengelus kepala Hilwa lalu berjalan masuk ke dalam
rumahnya.
“Pulang dulu ya Syif.. Udah
sore nih soalnya. Kakak mau belajar buat ulangan sebentar lagi.”
Sapa Kak Adam sembari
tersenyum kecil.
Setelah Kak Adam masuk ke
dalam rumah, Syifa kemudian sadar bahwa Hilwa masih saja berdiri di tempat tadi
dengan kepala tertunduk.
“Wa kamu kenapa? Ngomong apa
tadi sama Kak Adam, Wa?”
Tanya Syifa Penasaran.
“Aku gak papa kok Syif. Aku
capek, aku pulang duluan ya.”
Jawab Hilwa sembari berjalan
menjauh membelakangi Syifa yang masih penasaran.
Hilwa
kenapa ya? Ngomong apa ya tadi dia dengan Kak Adam?
Tanya Syifa dalam hati sembari
berjalan pulang.
***
Setelah kejadian kemarin sore,
Hilwa jadi jarang main keluar rumah. Apalagi ke rumah Syifa. Kalau Syifa tidak
nyamperin, Hilwa gak akan keluar untuk main bareng lagi. Karena sedih sekaligus
penasaran kenapa Hilwa berubah, kemudian Syifa bertanya dengan hati-hati kepada
Hilwa saat sedang main ke rumah Hilwa.
Ternyata waktu itu Hilwa
menyatakan cintanya kepada Kak Adam. Namun Kak Adam Hanya tersenyum dan
kemudian berkata bahwa Hilwa masih terlalu kecil untuk menyukai seseorang.
Setelah itu Hilwa menjadi patah hati dan malas untuk bermain keluar rumah, karena
ia takut bertemu dengan Kak Adam jika keluar rumah.
Setelah mendengar itu Syifa
kemudian menenangkan hati Hilwa sahabatnya, dan mereka sekarang jadi lebih
sering main di rumah Hilwa atau di lapangan komplek saja.
Tentunya kalian penasaran
bagaimana kelanjutan cerita Syifa dan Ali bukan?
Setelah Syifa mengingat-ingat
kembali, Ali sering bermain dengan Adik laki-laki Syifa namun selalu berkata
dan berlaku jutek kepadanya. Saat itu Syifa sama sekali tidak mengerti kenapa
Ali berlaku seperti itu kepadanya dan hanya berpikir bahwa memang semua anak
laki-laki itu menyebalkan dan mau menang sendiri.
8 bulan sebelum hari H…
“Syif kamu bisa pulang kan nak
ke rumah, minggu ini?”
Tanya Umi di telpon ke anaknya
yang sedang kuliah semester akhir di Bandung.
“Mungkin nanti Umi.. Syifa
akan pulang setelah bimbingan, kalau sekarang Syifa masih sibuk dengan skripsi
bab 3 Umi..”
“Begitu ya nak? Yasudah nanti
kalau Bab 3 nya sudah selesai pulang ya nak… Umi tunggu di rumah. Baik-baik di
sana, jangan lupa jaga kesehatan dan jangan tinggalkan sholat ya nak…”
Ucap Umi kembali dengan nada
yang sedikit kecewa.
“Iya Umi… Assalamuaiakum”
Tutup
Syifa.
“Wa’alaikumsalam”
Jawab
Umi sembari menutup telpon.
***
“Assalamuaikum Umi.. Aku
pulang.”
Ucap Syifa dengan nada suara
yang ceria.
“Wa’alaikumsalam... Anak Umi
akhirnya pulang juga.”
Jawab Umi dengan wajah ceria.
“Umi ada apa ingin aku pulang
cepat-cepat?”
Tanya Syifa penasaran.
“Tidak ada apa-apa kok nak,
hanya saja itu.. perkumpulan remaja di komplek ini mengadakan pemilihan panitia untuk
acara kumpul bersama 1 bulan lagi. Apa kamu tidak mau bantu ikutan?”
“Apa aku masih pantas disebut
remaja umi? Aku kan sudah 22 tahun sekarang…”
Jawab Syifa dengan wajah
bingung.
“Ikut saja nak, tidak apa kok.
Kemarin umi dengar ketuanya itu Adam anak laki-laki yang tinggal di depan rumah
kita, dan temanmu Hilwa juga ikut serta kalau umi tidak salah dengar.”
Syifa kaget sekaligus senang,
karena penasaran sudah lama tidak bertemu dengan Hilwa dan Kak Adam teman
kecilnya.
“Masa si Mi? Bukannya mereka
juga kuliah di luar kota seperti aku?”
“Sepertinya mereka sedang libur
panjang sekarang. Kamu
pulang sekarang
juga karena sedang libur panjang kan
nak?”
“Oh iya ya mi, aku lupa.
Soalnya kalau sedang Skripsi suka gak inget waktu he he he”
Jawab Syifa sambil tertawa
malu.
Bagaimana
ya dengan rupa mereka sekarang? Apa Hilwa masih lucu dan imut ya seperti dulu?
Apa kak Adam juga masih ganteng dan baik seperti dulu? Bagaimana hubungan
mereka sekarang setelah kejadian waktu itu? Aku jadi gak sabar pengen ketemu
mereka.
Batin Syifa dengan hati yang
bergup-degup cepat.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar