Hari ke 20 SP
“Na…
aku mau curhat sama kamu…”
Rania
mendekati Aina di pagi buta setelah sholat subuh.
“Kenapa?
Kamu ada masalah lagi? Kita sebentar lagi juga pulang kok… sabar aja…”
Aina
menjawab tanpa tahu masalah sebenarnya.
“Bukan
itu na… Aku sama Iqbal kenapa ya kok jadi makin deket? Padahal kan tadinya di sini
kita cuma bercandaan aja…”
Rania
bertanya mengenai perasaannya sendiri kepada Aina.
Aina
yang mengerti maksud sahabatnya memberikan jawaban yang langsung membuat Rania instropeksi
diri tentang kelakuannya kemarin-kemarin.
“Kalau
aku jadi kamu Ran… Aku udah pasti tau batesan kalau bercanda sama orang lain,
apa lagi lawan jenis. Coba aja kamu pikir selama ini, kalian itu bercanda udah
kayak orang yang lagi beneran PDKT. Padahal masing-masing udah punya pacar di
kampus. Coba aja bayangin gimana perasaan pasangan kamu Ran, kalau kamu
tiba-tiba ada rasa beneran ke Iqbal. Aku sih gak rela temenku jadi pengkhianat.
Udah ah.. aku mau ke bawah aja.”
Rania
termenung sejenak dan kemudian menyusul Aina turun ke lantai bawah.
***
Di
pagi hari ke 20 SP ini, semua sedang sibuk mempersiapkan urusan masing-masing.
Aina
dan Haris yang kebetulan sudah selesai laporan kegiatannya, ngobrol berdua di
ruang tamu. Saat tengah asik ngobrol tanpa perduli dengan panitian lainnya yang
lalu lalang, Hail kemudian datang dan duduk di samping Haris. Hail yang
penasaran dengan hubungan Haris da Aina kemudian bertanya kejelasan hubungan mereka
berdua.
“Ris,
Na, kalian sebenarnya hubungannya gimana sih? Kelihatannya kalian ini makin
deket akhir-akhir ini.”
Haris
dan Aina kemudian saling memandang. Dengan ragu-ragu Aina menjawab pertanyaan
Hail.
“Kita
temenan aja kok Hail… Sama aja kayak ke yang lain… Cuma mungkin karena
background keluarga kita mirip, jadi kita berasa cocok aja ngobrol lama-lama.”
“Iya
Hail bener kata Aina… Lo kenapa tiba-tiba kepo? Tumben banget. Cemburu ya?”
Haris
menambahkan.
“Gue
penasaran aja. Lagian gue cuma mau nanya pertanyaan yang juga jadi pertanyaan
kebanyakan panitia lainnya di sini kok. Kalian aja yang gak tau.”
Hail
menjawab dengan tenang.
“Oiya
lo berdua kan sama-sama dari Sumatra… kalian ke pulau jawa juga sama-sama habis
SMA… sebenarnya apa sih alesan kalian milih kuliah yang jauh dari rumah?”
Aina
bertanya untuk merubah suasana yang menjadi awkward.
“Kalau
alesan gue sih karena pengen ngebanggain kedua orang tua di kampung, biar juga
bisa jadi alesan mereka ke pulau jawa buat jenguk anaknya sekaligus jalan-jalan
di sini.”
Haris
menjawab seadanya, karena kebanyakan alasannya sudah dibicarakan secara privat
dengan Aina kemarin-kemarin.
Aina
merasa Haris memang laki-laki baik yang sayang keluarga. Aina hampir menaruh
hati kepada Haris. Jika bukan karena Haris beberapa kali memberitahukan tipe
wanita yang diinginkannya untuk jadi pacar (yang kebanyakan tidak ada di diri
Aina) mungkin Aina sudah mengutarakan perasaannya kepada Haris.
“Kalau
gue sih karna dikirim ortu ke pulau jawa, biar bisa jauh-jauh dari pergaulan
yang udah rusak banget di kampung gue. Bahkan dulu ada cewek yang ngajuin diri
buat gue tidurin. Cuma karena gue masih menghargai perempuan, ya gue tolak tuh
cewek. Terus gue ikutin saran ortu buat
kuliah di sini.”
Hail
menerangkan sambil melihat raut wajah Aina yang kaget dengan omongannya tadi.
“Serius
Hail? Ada gitu cewek yang rendah banget harga dirinya kayak gitu? Lo ngarang
kali…”
Aina
kaget dan tidak percaya dengan omongan Hail barusan.
“Terserah,
lo mau percaya apa nggak. Yang jelas gue gak mau deket-deket sama cewek yang
kayak gitu. Makanya gue belum punya pacar sampe sekarang.”
Hail
bicara sembari mengangkat kedua tangan yang menyatakan ke pasrahannya.
“Masa
sih cowok macem lo gak punya pacar?”
Aina
bertanya dengan nada mengejek.
“Kalau
gak percaya, tanya aja nih sama temen baru lo.”
Hail
menyikut Haris yang dari tadi menyimak percakapan tanpa berkomentar.
“Iya
na emang Hail gak pernah pacaran dari semester 1, kalau PHP in cewek sih
seriiiing.”
Haris
berkata sambil tertawa.
Aina
ikut tertawa mendengan ucapan Haris.
“Enak
aja loh… emangnya gue cowok apaan…?!”
Hail
mengelak sambil melototi Haris.
***
Persiapan
untuk hari besar terakhir dari acara SP sudah mulai berlangsung. Acara lainnya
seperti membantu imunisasi di klinik desa, masak-masak dengan ibu-ibu PKK,
Perlombaan perayaan maulid nabi untuk anak-anak, dan bercocok tanam bersama
warga desa sudah berjalan beberapa dan sebagian masih akan berlangsung pada
beberapa hari ke depan.
Rapat
semakin sering terjadi di dalam rumah panitia SP. Hampir setiap hari menjelang
10 hari kepulangan seluruh panitia, setiap panitia sibuk dengan tanggung
jawabnya masing-masing.
Pada
acara akhir yaitu peringatan maulid nabi se desa, Aina mendapat tanggung jawab
menjadi PJ konsumsi dengan anggota Jihan, Bunga, dan Talita. Mereka pun sibuk dengan
persiapan yang menumpuk untuk memberi makan satu desa.
Acara
tersebut dibuat juga sebagai salam
perpisahan untuk seluruh warga desa yang telah banyak membantu kegiatan seluruh
panitia di desa, membuat seluruh panitia benar-benar bersungguh-sungguh dalam
merancang acara tersebut agar bisa membuat seluruh warga desa senang dengan
acaranya.
Namun
memang pastinya ada saja beberapa orang panitia yang hanya menolong
sedikit-sedikit dengan alasan sudah ada tanggung jawab lain atau lelah karena
sudah melakukan banyak hal.
Melihat
hal tersebut Aina hanya bisa menegur dan kemudian mendoakan agar mereka mau
turut membantu walaupun hanya sedikit saja.
***
Di
sela kesibukan persiapan acara, tentu seluruh panitia memiliki cara
sendiri-sendiri untuk menghilangkan stress masing-masing.
Aina
dan Hail yang senang dengan acara-acara koreanya; Haris, Miftah, Iqbal, Fadil,
Dani, Zaky, Bilal, dan Sheila yang senang dengan permainan musiknya; Jihan dan
Bunga dengan HP masing-masing; sisanya sibuk mengobrol dan ada pula yang
bermain kartu UNO.
Aina
dan Hail menjadi semakin dekat di hari-hari yang semakin stress karena hobi
mereka yang sama. Saling duduk bersebelahan, bertukar film dan lagu, serta
bercerita mengenai idol kesukaan masing-masing. Haris yang ternyata juga suka
dengan idol korea ikut nimbrung pembicaraan Hail dan Aina. Sedangkan Sheila
yang memang menyukai Hail terang-terangan juga ikut nimbrung dalam pembicaraan
Aina dan Hail dengan hobinya yang dikarang di tempat. Sheila memang tidak
terlalu tertarik dengan hal-hal yang berbau korea, namun karena Hail menyukainya
maka tiba-tiba Sheila menjadi pecinta korea juga saat itu.
Aina
yang kurang nyaman berhimpitan di antara dua laki-laki maka memutuskan untuk
berdiri dan pamit untuk tidur ke atas karena memang malam yang sudah semakin
larut. Haris dan Hail melihat ke arah Aina yang kemudian menghilang diikuti
oleh Rania, Talita, dan Kayla.
Keesokan
harinya pada tengah hari saat semua sedang sibuk untuk memasak. Aina ikut
membantu di ruang makan. Kemudian Haris menghampiri Aina dan mengajak Aina
bicara di dekat tangga.
“Na
sebenarnya si Sheila itu beneran suka banget ya sama Hail?”
“Yah
gitu deh… kan lo udah liat sendiri gimana dia ke Hail.”
Aina
menjawab dengan muka malas.
“Lo
gak cemburu na?”
Pertanyaan
Haris tersebut membuat Aina melototinya heran.
“Ya…
kan lo juga akhir-akhir ini deket sama Hail yang entah kenapa jadi makin
terbuka sama lo. Padahal dia gak pernah kayak gitu sebelumnya.”
Haris
menjelaskan karena Aina terus saja melototinya.
Gue itu sukanya sama lo Haris…
Kenapa sih susah banget bilang perasaan gue ke dia?
Walaupun gue tau Hail jadi makin deket sama gue, tapi perasaan gue
tetep gak berubah kok
Aina
termenung sambil berdiskusi dengan hati sendiri, kesal mendengar omongan Haris.
***
Hari ke 24 SP
Rania
yang bimbang, sudah tidak lagi menganggap semua hubungannya dengan Iqbal di SP
ini serius dan juga tidak lagi bereaksi berlebihan yang akan membuat orang-orang
salah paham.
Aina
sudah berhasil berdamai dengan hatinya dan memendam jauh perasaannya kepada Haris.
Hail
dan Haris masih tetap akrab dengan Aina dan mungkin memang hanya Aina yang
paling dekat dengan Haris dan Hail di SP ini.
Zaky
masih tetap setia menjadi ketua yang baik dan bertanggung jawab, walau masih
suka usil terhadap panitia lainnya.
Sheila
masih terus berusaha mendekati Hail dengan berbagai cara.
Serta
semua panitian lainnya masih menjalani hari-harinya seperti biasa.
Aina
tidak tahu apa yang akan menimpanya beberapa hari lagi. Sebuah masalah yang
akan membuatnya melihat perasaan seseorang secara lebih jelas. Sebuah acara
yang membuat seseorang menjadi pusat dari sumber permasalahan. Perasaan yang
tersembunyi akan segera terungkap. Hati yang tenang akan segera bimbang…
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar