Rabu, 05 April 2017

IMAGINASI CINTA (Kesetiaan)



Hari ke 20 SP

“Na… aku mau curhat sama kamu…”

Rania mendekati Aina di pagi buta setelah sholat subuh.

“Kenapa? Kamu ada masalah lagi? Kita sebentar lagi juga pulang kok… sabar aja…”

Aina menjawab tanpa tahu masalah sebenarnya.

“Bukan itu na… Aku sama Iqbal kenapa ya kok jadi makin deket? Padahal kan tadinya di sini kita cuma bercandaan aja…”

Rania bertanya mengenai perasaannya sendiri kepada Aina.

Aina yang mengerti maksud sahabatnya memberikan jawaban yang langsung membuat Rania instropeksi diri tentang kelakuannya kemarin-kemarin.

“Kalau aku jadi kamu Ran… Aku udah pasti tau batesan kalau bercanda sama orang lain, apa lagi lawan jenis. Coba aja kamu pikir selama ini, kalian itu bercanda udah kayak orang yang lagi beneran PDKT. Padahal masing-masing udah punya pacar di kampus. Coba aja bayangin gimana perasaan pasangan kamu Ran, kalau kamu tiba-tiba ada rasa beneran ke Iqbal. Aku sih gak rela temenku jadi pengkhianat. Udah ah.. aku mau ke bawah aja.”

Rania termenung sejenak dan kemudian menyusul Aina turun ke lantai bawah.


***

Di pagi hari ke 20 SP ini, semua sedang sibuk mempersiapkan urusan masing-masing.
Aina dan Haris yang kebetulan sudah selesai laporan kegiatannya, ngobrol berdua di ruang tamu. Saat tengah asik ngobrol tanpa perduli dengan panitian lainnya yang lalu lalang, Hail kemudian datang dan duduk di samping Haris. Hail yang penasaran dengan hubungan Haris da Aina kemudian bertanya kejelasan hubungan mereka berdua.

“Ris, Na, kalian sebenarnya hubungannya gimana sih? Kelihatannya kalian ini makin deket akhir-akhir ini.”

Haris dan Aina kemudian saling memandang. Dengan ragu-ragu Aina menjawab pertanyaan Hail.

“Kita temenan aja kok Hail… Sama aja kayak ke yang lain… Cuma mungkin karena background keluarga kita mirip, jadi kita berasa cocok aja ngobrol lama-lama.”

“Iya Hail bener kata Aina… Lo kenapa tiba-tiba kepo? Tumben banget. Cemburu ya?”

Haris menambahkan.

“Gue penasaran aja. Lagian gue cuma mau nanya pertanyaan yang juga jadi pertanyaan kebanyakan panitia lainnya di sini kok. Kalian aja yang gak tau.”

Hail menjawab dengan tenang.

“Oiya lo berdua kan sama-sama dari Sumatra… kalian ke pulau jawa juga sama-sama habis SMA… sebenarnya apa sih alesan kalian milih kuliah yang jauh dari rumah?”

Aina bertanya untuk merubah suasana yang menjadi awkward.

“Kalau alesan gue sih karena pengen ngebanggain kedua orang tua di kampung, biar juga bisa jadi alesan mereka ke pulau jawa buat jenguk anaknya sekaligus jalan-jalan di sini.”

Haris menjawab seadanya, karena kebanyakan alasannya sudah dibicarakan secara privat dengan Aina kemarin-kemarin.

Aina merasa Haris memang laki-laki baik yang sayang keluarga. Aina hampir menaruh hati kepada Haris. Jika bukan karena Haris beberapa kali memberitahukan tipe wanita yang diinginkannya untuk jadi pacar (yang kebanyakan tidak ada di diri Aina) mungkin Aina sudah mengutarakan perasaannya kepada Haris.

“Kalau gue sih karna dikirim ortu ke pulau jawa, biar bisa jauh-jauh dari pergaulan yang udah rusak banget di kampung gue. Bahkan dulu ada cewek yang ngajuin diri buat gue tidurin. Cuma karena gue masih menghargai perempuan, ya gue tolak tuh cewek. Terus gue  ikutin saran ortu buat kuliah di sini.”

Hail menerangkan sambil melihat raut wajah Aina yang kaget dengan omongannya tadi.

“Serius Hail? Ada gitu cewek yang rendah banget harga dirinya kayak gitu? Lo ngarang kali…”

Aina kaget dan tidak percaya dengan omongan Hail barusan.

“Terserah, lo mau percaya apa nggak. Yang jelas gue gak mau deket-deket sama cewek yang kayak gitu. Makanya gue belum punya pacar sampe sekarang.”

Hail bicara sembari mengangkat kedua tangan yang menyatakan ke pasrahannya.

“Masa sih cowok macem lo gak punya pacar?”

Aina bertanya dengan nada mengejek.

“Kalau gak percaya, tanya aja nih sama temen baru lo.”

Hail menyikut Haris yang dari tadi menyimak percakapan tanpa berkomentar.

“Iya na emang Hail gak pernah pacaran dari semester 1, kalau PHP in cewek sih seriiiing.”

Haris berkata sambil tertawa.

Aina ikut tertawa mendengan ucapan Haris.

“Enak aja loh… emangnya gue cowok apaan…?!”

Hail mengelak sambil melototi Haris.

***

Persiapan untuk hari besar terakhir dari acara SP sudah mulai berlangsung. Acara lainnya seperti membantu imunisasi di klinik desa, masak-masak dengan ibu-ibu PKK, Perlombaan perayaan maulid nabi untuk anak-anak, dan bercocok tanam bersama warga desa sudah berjalan beberapa dan sebagian masih akan berlangsung pada beberapa hari ke depan.
Rapat semakin sering terjadi di dalam rumah panitia SP. Hampir setiap hari menjelang 10 hari kepulangan seluruh panitia, setiap panitia sibuk dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Pada acara akhir yaitu peringatan maulid nabi se desa, Aina mendapat tanggung jawab menjadi PJ konsumsi dengan anggota Jihan, Bunga, dan Talita. Mereka pun sibuk dengan persiapan yang menumpuk untuk memberi makan satu desa.

Acara tersebut  dibuat juga sebagai salam perpisahan untuk seluruh warga desa yang telah banyak membantu kegiatan seluruh panitia di desa, membuat seluruh panitia benar-benar bersungguh-sungguh dalam merancang acara tersebut agar bisa membuat seluruh warga desa senang dengan acaranya.

Namun memang pastinya ada saja beberapa orang panitia yang hanya menolong sedikit-sedikit dengan alasan sudah ada tanggung jawab lain atau lelah karena sudah melakukan banyak hal.
Melihat hal tersebut Aina hanya bisa menegur dan kemudian mendoakan agar mereka mau turut membantu walaupun hanya sedikit saja.

***

Di sela kesibukan persiapan acara, tentu seluruh panitia memiliki cara sendiri-sendiri untuk menghilangkan stress masing-masing.

Aina dan Hail yang senang dengan acara-acara koreanya; Haris, Miftah, Iqbal, Fadil, Dani, Zaky, Bilal, dan Sheila yang senang dengan permainan musiknya; Jihan dan Bunga dengan HP masing-masing; sisanya sibuk mengobrol dan ada pula yang bermain kartu UNO.

Aina dan Hail menjadi semakin dekat di hari-hari yang semakin stress karena hobi mereka yang sama. Saling duduk bersebelahan, bertukar film dan lagu, serta bercerita mengenai idol kesukaan masing-masing. Haris yang ternyata juga suka dengan idol korea ikut nimbrung pembicaraan Hail dan Aina. Sedangkan Sheila yang memang menyukai Hail terang-terangan juga ikut nimbrung dalam pembicaraan Aina dan Hail dengan hobinya yang dikarang di tempat. Sheila memang tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang berbau korea, namun karena Hail menyukainya maka tiba-tiba Sheila menjadi pecinta korea juga saat itu.

Aina yang kurang nyaman berhimpitan di antara dua laki-laki maka memutuskan untuk berdiri dan pamit untuk tidur ke atas karena memang malam yang sudah semakin larut. Haris dan Hail melihat ke arah Aina yang kemudian menghilang diikuti oleh Rania, Talita, dan Kayla.
Keesokan harinya pada tengah hari saat semua sedang sibuk untuk memasak. Aina ikut membantu di ruang makan. Kemudian Haris menghampiri Aina dan mengajak Aina bicara di dekat tangga.

“Na sebenarnya si Sheila itu beneran suka banget ya sama Hail?”

“Yah gitu deh… kan lo udah liat sendiri gimana dia ke Hail.”

Aina menjawab dengan muka malas.

“Lo gak cemburu na?”

Pertanyaan Haris tersebut membuat Aina melototinya heran.

“Ya… kan lo juga akhir-akhir ini deket sama Hail yang entah kenapa jadi makin terbuka sama lo. Padahal dia gak pernah kayak gitu sebelumnya.”

Haris menjelaskan karena Aina terus saja melototinya.

Gue itu sukanya sama lo Haris…

Kenapa sih susah banget bilang perasaan gue ke dia?

Walaupun gue tau Hail jadi makin deket sama gue, tapi perasaan gue tetep gak berubah kok

Aina termenung sambil berdiskusi dengan hati sendiri, kesal mendengar omongan Haris.

***

Hari ke 24 SP

Rania yang bimbang, sudah tidak lagi menganggap semua hubungannya dengan Iqbal di SP ini serius dan juga tidak lagi bereaksi berlebihan yang akan membuat orang-orang salah paham.
Aina sudah berhasil berdamai dengan hatinya dan memendam jauh perasaannya kepada Haris.
Hail dan Haris masih tetap akrab dengan Aina dan mungkin memang hanya Aina yang paling dekat dengan Haris dan Hail di SP ini.

Zaky masih tetap setia menjadi ketua yang baik dan bertanggung jawab, walau masih suka usil terhadap panitia lainnya.

Sheila masih terus berusaha mendekati Hail dengan berbagai cara.

Serta semua panitian lainnya masih menjalani hari-harinya seperti biasa.

Aina tidak tahu apa yang akan menimpanya beberapa hari lagi. Sebuah masalah yang akan membuatnya melihat perasaan seseorang secara lebih jelas. Sebuah acara yang membuat seseorang menjadi pusat dari sumber permasalahan. Perasaan yang tersembunyi akan segera terungkap. Hati yang tenang akan segera bimbang…

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar