Rabu, 01 Februari 2017

DAYDREAM (Kenyataan)


“Assalamualaikum teman-teman...”

Salam Hilwa menyapa semua panitia acara yang sudah berkumpul di taman.

“Wa’alaikumsalam..”

Jawab semua panitia.

“Teman-teman, kenalkan ini Syifa teman kita dulu saat kecil. Dia sedang liburan dari kuliahnya di Padang. Syifa ini yang rumahnya ada di sebrang rumah Kak Adam loh... Iya kan Kak?”


Ucap Hilwa memperkenalkan Syifa.

“Oh ini Syifa yang dulu suka main raket bareng Hilwa ya... Sudah beda ya sekarang jadi makin cantik”

Goda Adam.      
                             
“Hahaha Cieeee Adam godain cewek aja lu Dam kerjaannya.”

Ejek salah satu panitia acara.

“Hai semua.. Salam kenal ya.. “

Ucap Syifa malu-malu.

Tanpa sepengetahuan Syifa dan yang lainnya. Ali yang duduk di samping Adam hanya tersenyum kecil saja sendirian. Setelah itu rapat untuk membahas acarapun dimulai.

***

Selesai rapat beberapa jam kemudian. Beberapa panitia sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Hanya tinggal sedikit saja yang masih berada di taman.

“Syif... Apa kabar? Udah lama banget gak ketemu”

Sapa kak Adam.

Syifa menjawab dengan tersipu.

“Baik Kak, Kakak sendiri apa kabar?”

“Aku juga baik. Kamu kuliah di kampus apa emang Syif? Ambil jurusan apa?”

Tanya Kak Adam.

“Aku kuliah di Unand Padang Kak, Aku ambil jurusan Psikologi. Kakak sendiri masih kuliah atau sudah kerja?”

Tanya Syifa balik.

“Kalau aku sih masih S2 di Unpad Bandung.”

Jawab Kak Adam singkat.

“Kamu udah punya pacar?”

Ceplos Kak Adam.

Syifa yang kaget dengan pertanyaan tersebut, langsung terdiam.

“Kenapa? Aku gak maksud apa-apa kok. Cuma iseng aja nanya hehehe.”

“hahaha”

Tawa Syifa dan Adam berbarengan.

“Bang ayo buruan pulang, Sudah ditunggu Umi di rumah.”

Saut seseorang dari belakang Adam dan Syifa secara tiba-tiba. Syifa kaget lalu menengok ke belakang, ternyata Ali sedang berdiri di belakangnya dari tadi.
Seperti de javu bukan?

“Ganggu aja lo li, Yaudah ayuk. Aku balik duluan ya Syif. Kamu masih nunggu Hilwa kan?”

Tanya Adam sambil melihat ke Hilwa yang masih saja asik membahas acara dengan salah satu orang panitia yg tersisa.

“Iya kak”

Jawab Syifa singkat sembari tersenyum.

Syifa yang kembali melirik ke arah Ali, merasa Ali sama sekali tidak berubah.

Dasar pangeran jutek.

Ejek Syifa dalam hati.

Ali dan Adam kemudian berjalan ke arah rumah mereka, sedangkan Syifa berjalan ke arah Hilwa.

***
Di rumah Hilwa.

“Kenapa Syif? Kok mukanya ditekuk begitu?”

Tanya Hilwa dengan rawut muka khawatir.

“Aku gak papa kok Wa, Cuma itu si Ali. Kenapa sih dia masih jutek aja sama aku? Emang aku pernah bikin salah apa sih sama dia Wa?”

Syifa bertanya tanpa terlalu berharap jawaban dari Hilwa.

“Mungkin kamu Cuma terlalu sensitif aja kali Syif.. Kak Ali gak pernah jutek kok ke aku dan ke temen-temen yang lain. Udah gak usah terlalu dipikirin, paling juga cuma perasaan kamu aja..”

Jawab Hilwa menenangkan Syifa yang galau.

“Iya kali ya Wa..”

“Wa.. Aku sebenarnya mau jujur sama kamu.”

Ucap Syifa dengan suara yang mengecil.

“Kamu mau bicara apa Syif? Bilang aja, aku siap dengerin kok. Itu kan gunanya temen.”

Balas Hilwa sambil tersenyum.

“Aku sebenarnya dari dulu suka sama Kak Adam, Cuma aku gak berani bilang sama kamu soalnya aku takut kamu jauhin aku Wa...”

Syifa berbicara sambil memperhatikan perubahan wajah Hilwa.

“Hmmm... Beneran Syif? Kamu serius?”

Hilwa hanya bertanya balik tanpa ada perubahan emosi yang berlebihan.

“Iya beneran, bahkan dulu waktu aku masih tinggal di komplek ini, aku sering kirim surat diem-diem ke Kak Adam. Aku taruh surat cintanya di depan rumah Kak Adam. Makanya sebenarnya tadi itu aku malu banget pas Kak Adam ngajak ngobrol aku.”

Beber Syifa dengan wajah memerah.

“Kamu jangan diem aja dong Wa... Kamu marah ya sama aku...”

Bujuk Syifa.

“Iya, aku marah sama kamu. Tapi aku marah bukan karena kamu suka sama Kak Adam, aku marah sama kamu karena kamu gak pernah bilang yang sejujurnya sama aku dari dulu...”

Jawab Hilwa dengan muka cemberut.

“Habis gimana dong Wa.. Dulu itu kan kita masih kecil. Dan kamu itu satu-satunya sahabat deket aku di komplek. Aku Cuma takut kamu gak mau main sama aku lagi Wa...”

Ungkap Syifa.

Setelah diam beberapa saat kemudian Hilwa berkata.

“Aku gak marah kok Syif. Aku justru sebenarnya seneng kamu udah mau jujur sama aku sekarang.”

“Beneran Wa? Kamu emang Sahabat aku yang pali....ng baik dan cantik lagi.”

Puji Syifa.

“Ah kamu ini ada-ada saja Syif.”

Jawab Hilwa dengan tersenyum.

Setelah itu Hilwa menarik nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya, seperti orang yang hendak mengungkap sesuatu rahasia yang sudah dipendamnya dalam-dalam.

“Syif sebenarnya aku juga mau jujur sama kamu, aku sebenarnya tau alasan kenapa kamu selalu berpikir bahwa Kak Ali selalu jutek sama kamu.”

Ungkap Hilwa yang kemudian membuat Syifa syok.

“Kenapa Wa?”

Syifa menjadi bingung dengan perkataan Hilwa.

“Sebenarnya Kak Ali bingung bagaimana cara bicara denganmu Syif, karena kalian bertemu dengan cara yang tidak enak. Terus juga dulu kan kalian masih sama-sama remaja. Mungkin dia sungkan minta maaf karena salah mengiramu sebagai pencuri.”

“Lagi pula kamu kan tidak pernah bertanya langsung kenapa dia bersikap jutek kepadamu? Tapi kamu hanya langsung mengabaikannya dan pergi begitu saja.”

“Kenapa kamu tidak beri kesempatan dia untuk bicara denganmu tanpa kamu merasa takut dia akan bersikap jutek kepadamu?”

Jelas Hilwa panjang lebar.

Syifa kemudian terdiam.

Bener juga ya kata Hilwa
Sebenarnya aku gak pernanya juga nanya alasan kenapa dia jutek ke aku
Aku hanya langsung menyimpulkan bahwa semua anak laki-laki itu memang seperti itu
Mungkin Hilwa benar
Aku seharusnya memang memberikan dia kesempatan untuk bicara, karena selama ini aku memang selalu pergi saat Ali mulai bicara padaku

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar