Rabu, 08 Februari 2017

DAYDREAM (Mix Feelings)



Pada rapat selanjutnya, banyak panitia yang memberikan ide-ide menarik di depan panitia lainnya. Termasuk Syifa, yang sudah mulai paham tentang konsep acara dan mulai menambahkan ide yang menurutnya menarik untuk dimasukkan dalam rangkaian acara nanti. Namun setelah Syifa selesai mengajukan idenya, Ali menjadi salah satu dari beberapa orang yang mengangkat tangan untuk bertanya mengenai ide tadi.

“Jadi menurut kamu apa ide kamu ini akan berhasil dan menarik perhatian masyarakat luas?”

Tanya Ali dengan sungguh-sungguh.

Syifa memikirkan dalam-dalam apa jawaban yang akan dia berikan, namun di dalam hatinya ia berpikir Ali hanya akan menjelek-jelekan idenya saja.


“Kalau menurut Saya, ide ini akan sangat disenangi berbagai kalangan masyarakat jika kita memprestasikannya secara tepat dan kreatif. Tentunya saya sudah memikirkan bagaimana caranya pengerjaannya.”

Jawab Syifa dengan jantung yang berdegup cepat, takut dengan apa yang akan dikatakan Ali selanjutnya.

“Saya setuju, dan saya bersedia membantu jika dibutuhkan.”

Ali berkomentar sambil tersenyum.

Loh kok dia tanggapannya positif ya?
Aku kira dia bakal mencekal ideku supaya terlihat lebih pintar dariku
Apa semua yang Hilwa bilang itu benar ya?

Syifa tertegun mendengar tanggapan Ali.

“Iya Syif kamu sudah boleh duduk sekarang.”

Sambung Adam memecah lamunan Syifa.

“Oh iya.. Terima kasih atas pertanyaan dan tanggapannya.”

Syifa kemudian duduk kembali dan menatap Hilwa dengan 1000 pertanyaan di kepala.

***

Selesai rapat hari itu, Syifa dan Hilwa sudah mulai berjalan ke arah rumah Hilwa untuk ngobrol bareng. Namun di tengah perjalanan seseorang menghentikan langkah mereka dengan perkataannya yang mengagetkan Syifa dan Hilwa.

“Syif, aku suka sama ide kamu dan aku beneran bersedia buat bantuin ide kamu supaya terwujud.”

Teriak seseorang dari arah belakang.

“Iya ter...”

Saat Syifa ingin berterimakasih sambil berbalik badan. Dia kembali tertegun dengan kenyataan bahwa orang yang berkata tadi ternyata adalah Ali.

Apa-apaan ini?
Kenapa dia tiba-tiba baik terhadapku?

Pikir Syifa dalam hati.

Setelah sadar dari rasa kagetnya kemudian Syifa berhenti dan kemudian berbalik badan sepenuhnya sembari memperhatikan Ali dari kejauhan.

Ali yang mengira Syifa tidak mendengar apa yang dia katakan, mulai berjalan ke arah Syifa dengan langkah cepat. Setelah sampai dengan jarak yang pastinya normal untuk ucapannya bisa di dengar oleh Syifa, dia mengulangi lagi apa yang diucapkannya tadi.

“Aku suka sama ide kamu Syif dan aku beneran bersedia buat bantuin ide kamu supaya terwujud,”

Syifa kemudian bereaksi dengan membalas perkataan Ali tersebut.

“Makasih Kak. Tapi aku gak apa kok ngerjain ini sendirian.”

“Kenapa? Kamu gak suka karena aku yang ngomong begini, bukan Adam?”

Balas Ali dengan muka yang sedikit kesal.

Tuh kan dia emang nyebelin
Sekarang Hilwa liat sendiri kan akhirnya

Ucap Syifa dalam hati sambil melirik Hilwa.

“Makasih kak bantuannya, nanti biar Hilwa saja yang bantu Syifa dengan projeknya. Kalau nanti kami butuh apa-apa biar aku yang bilang ke kakak.”

Hilwa yang sadar dengan situasi, kemudian bermaksud membantu Syifa membalas perkataan Ali.

“Oke kalau begitu.”

Ali menjawab singkat sambil tersenyum kecil ke arah Hilwa dan kemudian berjalan kembali ke arah kerumunan panitia yang tersisa di taman.

***

“Maksud Kak Ali kan baik Syif tadi. Dia mau bantuin kamu buat selesein projek acara bersama. Kenapa kamu nolak coba? Kamu kok masih belum berubah sih Syif?”

Terang Hilwa dengan sedikit perasaan kecewa terhadap sahabatnya itu.

“Aku keterlaluan ya Wa?”

“Soalnya aku masih kaget tiba-tiba dia baik terhadapku.”

“Aku jadi bingung deh harus bales apa.”

Jawab Syifa dengan perasaan bersalah tercetak jelas di mukanya.

“Nanti kalau ketemu Kak Ali lagi kamu harus minta maaf ya fa pokonya…”

Bujuk Hilwa.

“Iya…”

Jawab Syifa sambil menundukkan kepala.

***

Rapat ketiga.

Syifa datang mendekati Ali ketika waktu kosong saat rapat.

“Kak Aku minta maaf soal waktu itu, kalau kakak mau bantu boleh kok kak. Lagi pula ideku waktu itu memang butuh beberapa orang panitia.”

Ucap Syifa dengan nada yang memelas.

“…”

Ali hanya terdiam tanpa merespon perkataan Syifa.

“Aku tau aku keterlaluan kemarin, makanya sekarang aku datang minta maaf baik-baik sama kakak.”

Sambung Syifa.

Setelah terdiam beberapa saat kemudian Ali membalas ucapan Syifa.

“Aku udah maafin kamu. Yasudah kalau gitu kita kerjakan mulai dari selesai rapat kali ini ya idenya. Waktu acara kan sudah sebentar lagi.”

“Oke kak.”

Balas Syifa sambal tersenyum karena Ali ternyata tidak dendam kepadanya.

Setelah berbaikan dengan Ali, Syifa menjadi dekat dengan Ali, dan semua ucapan Hilwa memang benar adanya. Semua kejutekan Ali ternyata hanyalah khayalan Syifa saja. Setelah banyak berinteraksi secara langsung tanpa pikiran yang tidak-tidak di hati, pendapat Syifa tentang Ali berubah 180˚. Menurut Syifa sekarang Ali itu orangnya baik, sholeh, bijaksana, tampan pula. Calon suami idaman menurut Syifa dan Hilwa.

Karena rumah yang berdekatan Syifa, Hilwa, Ali, dan Adam jadi lebih sering jalan bersama. Tidak ada lagi rasa canggung atau rasa kesal di antara mereka. Hanya tersisa cerita-cerita lucu dan curhatan-curhatan baru mengenai kehidupan mereka sekarang di kampus masing-masing.

“Maaf ya dulu aku tolak kamu wa, kalau tau kamu bakal tumbuh jadi wanita cantik kayak gini mungkin aku wa yang bakal kejar-kejar kamu dari dulu hahahaha.”

Canda Adam.

“Ah Kak Adam bisa aja. Dulu itu namanya juga masih ABG labil kak. Jadi maklumin aja kalau perasaan aku meluap-meluap dulu. Hahaha.”

Balas Hilwa.

“Maafin aku juga ya Kak Ali buat kelakuanku dulu sampe kemarin itu yang ternyata ngeselin dan aku baru sadar sekarang Kak.”

Celetuk Syifa.

“Iya maafin aku juga kalau pernah bikin kamu sakit hati dengan kelakuan atau perkataanku baik dulu maupun sekarang.”

Sambung Ali membalas perkataan Syifa.

“Enggak kok kak, kakak gak salah. Aku yang egois emang.”

Tepis Syifa.

“Yaudah kita intinya kalian itu sama-sama salah. Udah kayak orang pacaran lagi marahan aja sih, baikan aja mainnya ‘salah aku’ ‘salah aku’.”

Goda Adam.

“Apaan sih…. Kak Adam.”

Muka Syifa memerah mendengar ucapan Adam. Sedangkan Ali hanya memberikan muka kesal ke arah Adam. Kemudian mereka berempat tertawa bersamaan.

Satu minggu sebelum liburan seluruh mahasiswa dari berbagai universitas selesai, seluruh panitia acara komplek mengadakan kumpul bareng remaja komplek di rumah salah satu panitia acara. Kebetulan hari itu Adam dan Ali tidak hadir karena sedang ada acara keluarga.

Sementara itu, dipojokkan rumah, Syifa duduk dengan Hilwa sambil bercengkrama ria. Tiba-tiba hp Syifa berbunyi nyaring membuat percakapan mereka terhenti.

Setelah menerima telpon tersebut wajah Syifa berseri-seri dan senyum bahagia jelas tergambar di wajahnya. Kemudian Syifa bercerita panjang lebar alasannya tersenyum lebar setelah menerima telpon tadi.

Hilwa kaget dan kemudian memberikan ucapan selamat yang tulus, dan meminta penjelasan atas kenapa Syifa tidak pernah bercerita mengenai hal ini dari dulu.

Syifa menjelaskan kepada Hilwa panjang lebar mengenai alasannya tidak bercerita dari awal liburan kemarin kemudian bergegas berdiri dan pamit pulang untuk mengabari sang Umi di rumah.

“Aku pamit ya Wa, Aku gak sabar mau kasih tau Umi berita baik ini. Biar semua bisa disiapin dengan baik.”

“Iya Syif, hati-hati ya.. Selamat sekali lagi… Semoga dilancarkan semuanya fa…”

Do’a Hilwa.

“Aamiin…”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar