Rabu, 15 Maret 2017

IMAGINASI CINTA (Awal Sebuah Rasa)


Hari ke 2 SP (Sosialisasi Pendidikan)
 
“Yah na… kok kita beda piket ya…”

Rania Mengeluh kepada Aina yang biasa saja menerima semua keputusan rapat semalam.

“Kamu ini Ran. Gak usah gitu… kita kan selalu bareng. Di piket kita pisah supaya bisa akrab juga dengan mahasiswa lain di sini. Kamu jangan melulu menempel denganku Ran…. Bergaul lah dengan yang lain juga…”

Aina menasihati Rania dengan muka yang serius. Aina khawatir jika mereka terlalu dekat di SP ini nanti Rania akan terlalu manja terhadapnya dan malah tidak memiliki teman lain selain dia di sini.

“Iya deh aku ikutin apa kata kamu aja Na…”

Rania mengiyakan sambil cemberut di depan Aina.


Giliran piket di hari Rabu ini kebetulan adalah Rania, Kayla, Rahmat, dan Hail. Maka dari subuh memang mereka sudah sibuk dengan berbelanja, memasak sarapan, dan bersih-bersih di dalam rumah.

Setelah memulai pekerjaan rumah dari pagi hingga siang hari, Rania dan Kayla selalu saja diprotes oleh Hail yang sensitif tentang segala hal. Mulai dari cara mempersiapkan bahan masakan, cara memasak, hingga bersih-bersih rumah.

Karena kesibukan piket dan keluhan-keluhan Hail, Rania sudah lupa dengan keluhannya kepada Aina subuh tadi. Dia sibuk dengan tugas piketnya dan mulai akrab dengan Kayla dan Rahmat. Namun tidak begitu akrab dengan Hail yang jutek dan ternyata cerewet.

Sedangkan panitia lain sibuk dengan tanggungjawabnya masing-masing.

Aina bertanggungjawab memberikan pendidikan kepada ibu-ibu di Desa Kemuning mengenai teknologi dan manfaatnya. Teman Aina dalam tugas ini adalah Haris. Mereka bisa cepat akrab karena Haris memang pada dasarnya sangat ramah, sehingga Aina menjadi nyaman di dekatnya.
Talita dan Bunga bertanggungjawab untuk pendidikan anak pada sekolah dasar. Zaky dan Sheila bertanggungjawab untuk meneliti dan mengikuti pendidikan / kegiatan keagamaan di desa. Jihan, Dani, dan Iqbal bertanggung jawab untuk mengadakan perlombaan besar skala desa untuk anak-anak. Sedangkan Rania, Kayla, dan Rahmat bertanggungjawab untuk mengadakan 2-3 acara besar yang bisa membaurkan penduduk desa. Terakhir Miftah dan Hail bertanggungjawab dalam hal dokumentasi.

Semua sibuk dengan urusan masing-masing pada hari kedua SP.

***

Hari ke 3 SP

“Na kamu enak ya, bisa dekat dengan Haris terus di sini… Kalau Hail walaupun ganteng tetep aja jutek.”

Rania kembali mengeluh di pagi buta kepada Aina.

“Kamu ini ngeluh terus deh. Cowok itu gak suka tau sama cewek yang suka ngeluh.”

Aina menanggapi dengan muka lelah.

Aina kemudian bersiap untuk menjalankan piket pertamanya di bulan ini. Setelah subuh Aina dan Talita bersiap berangkat ke pasar. Setelah lelah berbelanja hingga mentari terbit, Aina menjadi semakin dekat dengan Talita. Ternyata Talita tidak hanya Tomboy, dia juga seorang gadis yang pintar menawar di pasar. Aina sampai takjub dengan keahliah Talita di pasar.

Sesampainya di rumah, Aina yang piket bersama dengan Talita, Haris, dan Dani mulai sibuk dengan kegiatan bersih-bersih rumah. Setelah berbelanja Aina dan Talita bersiap memasak sarapan, sedangkan Haris dan Dani sudah siap untuk bersih-bersih rumah.

“Lo bisa masak apa aja Tal?”

Tanya Aina penasaran dengan kemampuan Talita yang tidak disangka-sangka.

“Kalau gue sih bisa masak lumayan banyak makanan, karena nyokap udah ngajarin banyak hal dari kecil. Maklum orang Sumatera.”

Talita menjawab dengan senyum sambil tetap mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak.
“Wah aku juga orang Sumatera loh Tal! Kita sama! Wah…..”

Aina jadi sumringah mendengan jawaban Talita yang tak disangkanya.

“Kalau gitu kita masak nasi goreng dengan telur dadar khas sumatera saja ya Tal…”

Aina mengusulkan masakan yang mungkin akan disukai semua orang.

“Oke. Kalau begitu kita masak itu saja. Lo kupas-kupas dan iris bawangnya ya… gue bakal masak nasi.”

Kebetulan memang Aina tidak pernah masak nasi. Jadi dia merasa beruntung hanya disuruh untuk mempersiapkan bahan masakan saja.

Setelah selesai mempersiapkan bahan masakan, keduanya bersiap untuk memasak. Haris yang sudah selesai dengan tugasnya menghampiri ke dapur untuk melihat proses memasak.

“Kalian masak apa?”

Tanya Haris penasaran.

“Kami mau masak nasi goreng dengan telur dadar khas sumatera.”

Jawab Ainina bersemangat.

“Wah siapa memang yang dari Sumatera?”

Tanya Haris yang menjadi balik bersemangat.

“Kami berdua hehehe…”

Jawab Aina sambil menyenggol Talita dan cekikikan berdua dengan Talita.

“Kebetulan banget! Gue juga orang Sumatera. Kok bisa ya kita bertiga satu kelompok begini?! Hahaha”

Haris yang tadinya penasaran akhirnya menjadi santai karena merasa bertemu dengan teman seperantauan.

Ketiganya kemudian sibuk meributkan siapa yang akan memasak telur dadarnya. Haris bersikeras bahwa dia juga jago memasak karena ibunya juga sering mengajarkannya memasak sejak kecil. Aina yang kalah suara hanya sibuk memindahkan nasi goreng yang sudah jadi ke mangkok besar. Haris dan Talita sibuk meributkan ukuran dan kematangan telur dadar. Aina yang sudah selesai memindahkan nasi hanya bisa tertawa melihatnya.

Dani yang akhirnya selesai dengan tugas bersih-bersihnya, kemudian juga ikut mebaur di dapur. Bukan untuk membantu, melainkan untuk mencoba nasi goreng yang sudah jadi.

“Nasi gorengnya sudah boleh dicoba kan?”

Tanya Dani kepada Aina.

“Iya boleh, coba aja.”

Aina menyodorkan sendok dan mangkok yg dia pegang kepada Dani.

“Enak juga. Siapa yang masak?”

Setelah menyuap sedikit menggunakan sendok yang ada, Dani terkesima karena nasi goreng yang dia coba ternyata enak.

“Gue sama Talita yang masak. Tapi gak tau deh, kapan tuh telor dadar jadinya kalau mereka ribut terus kayak gitu.”

Sindir Aina sambil melihat kearah kedua makhluk yang masih saja berebut soal telur dadar.

Aina dan Dani hanya tersenyum saja melihat kedua tingkah laku teman sepiketnya.

Sarapan pun selesai. Aina dan ketiga teman lainnya yang sudah selesai dengan tugas piketnya ikut bergabung dengan teman-teman panitia lainnya di ruang tamu setelah sarapan.

Mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk dengan tugas wajibnya di kelompok, ada yang sibuk dengan hiburannya di laptop, ada yang sibuk dengan HP nya masing-masing dan ada pula yang sibuk mengobrol untuk lebih kenal satu sama lain.

Aina yang sedang duduk di sofa sibuk dengan laptopnya yang dari tadi hanya menyetel acara-acara korea yang dia senangi. Saat sedang asik menonton, Rania mengomentari Aina dan komentar tersebut terdengar oleh seseorang di ruangan.

“Na kamu itu gak bosen apa nonton acara korea…. terus, mending ngobrol sama kami Na di karpet.”

“Biarin dong Ran… aku kan lagi menghibur diri setelah capek seharian… ngobrol mah bisa kapan aja Ran…”

Aina menjawab ogah-ogahan dengan mata yang tetap terpaku ke layar laptop.

“Lo suka nonton korea juga Na?”

Haris yang mendengar percakapan Aina dan Rania tiba-tiba tertarik untuk ikut nimbrung.

“Iya, soalnya emang seru-seru sih acaranya.”

Jawab Aina seadanya.

Haris yang penasarang menghampiri Aina dan duduk di sampingnya untuk melihat acara apa yang sedang Aina tonton. Setelah melihat acara yang Aina tonton dia langsung merasa familiar dengan acara tersebut. Maka dari itu dia memanggil seseorang yang dia rasa menjadi penyebab kefamilieran itu.

“Hail ini bukannya acara yang lo juga sering nonton ya?”

Hail yang sedang menggunakan headphone menengok karena namanya dipanggi kemudian meletakan Headphonenya di leher.

“Acara yang mana?”

Hail bertanya kepada Haris, namun dengan mata yang tetap terfokus kepada laptopnya sendiri.

“Yang itu loh… yang episodenya sudah sampai 200 san kata lo…”

Haris menerangkan seingatnya.

“Oh.. kenapa emang?”

Hail mulai tertarik dengan ucapan Haris dan mulai melihat kea rah lawan bicaranya.

“Ini, Aina ternyata juga suka nonton acara korea kayak lo Hail.”

Haris berbicara sambil melihat ke arah Aina.

“Oh… emang lo udah ada sampe episode berapa?”

Hail bertanya seolah meremehkan Aina.

“Baru sampe episode 190 sih… Emang lo udah ada semua?”

Aina bertanya balik penasaran.

Haris memotong percakapan Aina dan Hail, kemudian lanjut berbicara kepada Aina.

“Terakhir gue liat Hail udah ada sampe episode 205di laptopnya.”

“Wah… itu mah lengkap dong! Bagi dong Hail… datanya……”

Aina heran sekaligus bersemangat karena ia bisa menyaksikan acara kesayangannya yang terbaru jika Hail mau memberikan data filmnya.

Percakapan mengenai acara korea ini membuat suatu hubungan antara Aina, Haris, dan Hail menjadi lebih dekat hari ke hari.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar