Rabu, 22 Maret 2017

IMAGINASI CINTA (PDKT)


Hari ke 6 SP
  
“Na kamu kayaknya deket ya sama Hail… Mau tolongin aku nggak Na…”

Sheila yang tidak terlalu dekat dengan Aina tiba-tiba mengajak Aina ngobrol di pagi hari sebelum semua panitian memulai kegiatan.

“Kalau yang lebih deket sih menurutku ya Haris, teman sekelasnya Sel.”

Jawab Aina singkat.

“Maksud aku kamu satu-satunya wanita yang bisa betah ngobrol sama Hail lama-lama Na. Soalnya Hail kan jutek kalau bicara sama perempuan lain.”

Sheila menjelaskan maksud ucapannya di awal tadi.

“Hmm… gitu ya… Terus emang apa yang bisa aku tolong buat kamu?”

Aina bertanya asal walaupun sejujurnya dia sudah mengerti maksud Sheila yang sebenarnya.

“Kamu tolongin aku deketin dia dong Na… Aku udah suka banget sama dia semenjak hari pertama kita dateng di rumah ini. Dia ganteng.. keren… pinter lagi… idaman banget lah pokoknya!”


Sheila memuji Hail sembari memohon untuk dicomblangi Aina dengan Hail.

“Kenapa nggak deketin sendiri aja sih Sel?”

Aina bertanya karena merasa sedikit malas dengan kegiatan mencomblangi orang.

“Soalnya dia susah banget dideketin… sedangkan kamu kan udah lebih deket sama dia.”

Sheila bersikeras dengan keinginannya. Aina yang sudah lelah dengan permintaan Sheila akhirnya menjawab ogah-ogahan.

“Iya nanti lah kutanyakan kalau ada waktuya .”

“Makasih ya Na… kamu emang bai….k banget.”

Sheila mulai memuji-muji Aina sambil terus SKSD.

***

Hari ke 7 SP

“Ran aku jalan duluan ya sama Haris, mau ke rumah Bu RT buat acara yang mau kubuat minggu depan.”

Aina sudah siap berangkat dan tidak lupa untuk memberitahu ke Rania agar jika nanti ada apa-apa maka Rania tahu harus mencari Aina kemana. Maklum.. sinyal di desa memang sedikit jelek, maka HP menjadi sulit untuk digunakan untuk berkomunikasi.

“Iya.. kamu hati-hati ya Na… kalau Haris ngapa-ngapain kamu.. nanti kamu teriak aja Na… biar semua pada denger dan bisa selametin kamu…hahaha”

Rania mengejek Aina sampir tertawa sendirian.

“Kamu itu Ran ada-ada saja. Haris itu baik tau! Gak mungkin dia ngapa-ngapain aku…”

Aina membalas sambil menyenggol pinggang Rania dan ikut tersenyum.

***

Sesampainya di rumah Bu RT Aina dan Haris menjadi semakin akrab karena sepanjang jalan mereka berdua sibuk mengobrol hingga tidak sadar mereka sudah sampai di tujuan.

Haris memang adalah seorang laki-laki yang baik sekali menurut Aina. Berbeda dengan Aina yang sangat ceroboh dan selalu dibantu oleh banyak orang jika sedang di perjalanan. Haris yang baik selama di perjalanan selalu memastikan Aina baik-baik saja, walaupun Aina hanya tersandung batu kecil atau tergelincir sedikit saja. Saat Aina akan terjatuh Haris selalu siap memegang Aina dari samping dan meminjamkan tangannya sebagai pegangan.

Haris yang baik juga selalu saja memberitahukan cara mengerjakan semua hal dengan baik dan benar secara sabar pada semua orang. Aina menjadi sedikit membuka hati kepada Haris diam-diam.

Aina adalah seorang wanita tomboy yang cepat sekali akrab dengan orang, namun dia tidak begitu bisa berhadapan dengan orang yang dia sukai. Aina merasa bahwa dia adalah orang yang tidak tepat untuk didekati oleh siapapun karena masih banyak wanita di luar sana yang jauh lebih cantik, baik, pintar, dan sholehah daripada dirinya.

Lagipula menurut Aina, Haris itu memang baik pada semua orang. Bukan baik pada dirinya saja.
Setelah selesai dengan urusannya di rumah Bu RT mereka kembali berjalan pulang berdua.

***

Hari ke 8 SP

Aina kembali sibuk dengan jadwal piketnya di hari Rabu.

Setelah selesai dengan kesibukan di pagi hari. Aina, Talita, Haris, dan Dani sibuk mengobrol di dapur. Mereka membincangkan akan memasak apa mereka di siang itu. Setelah memutuskan untuk memasak sayur asem dan sambel serta bakwan jagung, keempatnya sibuk mempersiapkan bahan yang akan dimasak.

Aina kebagian untuk membuat sambel dengan cara diulek.

Karena pada siang hari semua panitia memang sedang sibuk istirahat atau mengerjakan tugas masing-masing. Hail yang sedang lenggang merasa bosan dan datang menghampiri ke dapur yang sedang ramai.

“Ris masak apa lo buat siang ini?”

Hail bertanya sembari berdiri di samping Haris dekat kompor.

“Ya.. lo liat aja sendiri.”

Haris menjawab singkat karena sibuk memasak.

“Gue mau bantuin dong ris…”

Tiba-tiba Hail menawarka diri membantu kami memasak siang itu.
 
“Lah piket lo kan kemaren Hail. Kenapa lo gak masak aja pas lo piket?”

Haris penasaran karena perubahan temannya itu.

“Yah… kalau dipiket gue mah cewenya gak ada yang bisa masak ris. Males gue jadinya.”

Hail mengejek Rania dan Kayla yang memang tidak bisa memasak dari awal. Makanan yang mereka buat memang selalu aneh dan rasanya sedikit unik.

Karena Hail bersikeras ingin membantu, maka Haris memikirkan suatu cara agar Hail tidak mengganggu di dapur.

“Yaudah mending bantuin Aina bikin sambel sana…”

Haris menyuruh Hail sembari mengusir Hail pelan-pelan. Haris tahu Hail tidak akan mungkin mau, karena dia sama sekali tidak bisa membuat sambal. Apalagi yang diulek.

Hail yang bingung karena disuruh membuat sesuatu yang dia tidak pernah buat sama sekali kemudian mengiyakan karena memang sedang bosan tidak ada kegiatan.

Melihat Aina yang sudah mahir mengulek, Hail kemudian menghampiri duduk di lantai.

“Na lo jago ya bikin sambel ulek?”

Hail penasaran dengan kemampuan Aina.

“Hm… biasa aja sih… soalnya udah sering bikin di rumah.”

Aina menjawab tanpa melepaskan pandangan dari ulekan.

“Ajarin gue dong Na… gue kan juga pengen bisa bikin sambel kayak lo.”

Hail memohon dengan muka yang imut sekali menurut Aina.

Aina kaget dan kemudian berhenti mengulek dan melihat ke arah Hail.

Semua orang di dapur melirik ke arah Aina dan Hail. Hail yang minta diajarkan untuk membuat sambal adalah pemandangan yang sangat langka untuk mereka semua. Karena biasanya Hail akan cerewet dan jutek mengenai semua hal yang orang lain lakukan.

“Kenapa kalian semua? Kok malah bengong ngeliati gue?”

Hail protes karena merasa dirinya jadi tontonan banyak orang.

Aina yang tersadar dari kekagetannya kemudian menjawab.

“Boleh kok. Nih begini caranya…”

Aina mengajarkan dengan telaten sembari menyuruh Hail untuk mencoba sendiri. Hail pun tidak protes ini itu saat diajarkan.

Saat semua sedang sibuk di dapur, Sheila datang karena dari tadi memang dia sedang mencari Hail di mana-mana. Saat melihat Hail dan Aina berduaan di lantai dan juga melihat tangan Aina menyentuh tangan Hail, Sheila panik dan kemudian ikut jongkong di samping Hail.

“Na biar aku aja yang ajarin… kamu istirahat aja.. pasti capek kan udah piket dari pagi..”

Sheila tiba-tiba memotong pembicaraan Aina dan Hail di tengah jalan.

Aina yang malas berurusan dengan Sheila hanya merespon singkat dan kemudian berdiri perlahan.

“Oke. Nih lo aja yang ajarin.”

“Lo lanjutin sama dia aja ya il.”

Aina berbicara sembari menatap Hail. Kemudian Aina keluar dari dapur. Semua merasa kedatangan Sheila di dapur sangat mengganggu atmosfir yang tadinya baik-baik saja.

Hail yang sudah terlanjur mengiyakan untuk membuat sambal akhirnya terpaksa melanjutkan membuat sambal dengan malas-malasan dengan sheila yang senyum-senyum di sampingnya.

***

Pada malam harinya. Ketika semua sedang berkumpul di ruang tamu seperti biasanya. Aina malam itu sibuk dengan playlist lagu di HP nya. Talita yang duduk di samping Aina merasa lagu-lagu di HP Aina hampir sama dengan genre lagu yang ada di HP nya. Talita yang tahu dari Rania bahwa Aina sangat tertarik dengan film horror kemudian memulai percakapan di malam itu dengan Aina.

“Na lo suka sama yang serem-serem gitu kan?”

Tanya Talita kepada Aina di atas sofa ruang tamu.

“Iya. Kenapa emang?”

Aina bertanya balik sembari memalingkan wajah dari HP nya.

“Lo pernah denger lagu ini nggak Na?”

Talita menyodorkan satu headsetnya kepada Aina.

“Wah lagu apa nih Tal? Kayaknya bagus. Gue bagi dong…”

Talita dan Aina kemudian sibuk berkirim lagu ke HP masing-masing.

Setelah sibuk mencari-cari lagu lain yang juga berhawa seram, Aina merasa haus dan kemudian pamit untuk minum. Aina berjalan ke arah dapur sendirian.

Saat sedang duduk sendiri di ruang makan membelakangi ruang tamu sambil meminum air di tangannya, Aina terkejut karena tiba-tiba seperti ada yang menyentuhnya dari belakang. Secara reflex ia berdiri berbalik badan dengan cepat untuk bertahan dari apapun itu.

Ternyata sesuatu itu adalah Hail yang sedang memegang HP dan headphone di tangan, Hail akan memasangkan secara diam-diam headphonenya dari belakang ke Aina. Karena gerakan cepat Aina tadi bangku yang didudukinya tergeser ke samping. Hail membeku melihat ke arah Aina yang sedang memegang gelas di tangan. Jarak diantara mereka yang tadinya dibatasi oleh sebuah bangku menjadi tidak ada karena bangku yang sudah bergeser dari tempatnya. 

Hail kemudian mundur selangkah dari tempatnya berdiri. Aina yang kaget kemudian menjadi lega karena melihat ternyata Hail yang berdiri dibelakangnya. Lalu Aina bertanya apa yang akan dilakukan Hail sebenarnya.

“Lo ngapain Hail diri di belakang gue diem-diem? Bikin kaget aja tau nggak…”

“Gue cuma mau lo dengerin lagu yang gue suka ini, siapa tau lo juga suka. Soalnya tadi gue denger lo suka sama lagu-lagu serem gitu…”

Hail memberitahukan alasannya mengendap-endap di belakang Aina dengan wajah polos.
“Yaudah emang lagu apa sih? Sini gue dengerin.”

Aina kemudian hendak mengambil headphone di tangan Hail, namun didului Hail yang sudah lebih dulu menaruh Headphonenya di kepala Aina.

Aina terkejut karena Hail tiba tiba mendekat kembali selangkah dan menaruh Headphone ditangannya ke kepala Aina. Setelah itu Hail mundur kembali selangkah ke tempatnya tadi dan mulai memencet HP nya untuk memulai lagu yang dia maksudkan.

Aina menghayati lagu dari headphone Hail sambil melamun melihat ke HP yang sedang dipegang oleh Hail. Hail sendiri serius melihat raut wajah Aina untuk melihat reaksinya.

Adegan tersebut kemudian membuat seseorang yang sedang mengintip diam-diam dari balik hordeng ruang tengah cemburu buta.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar