Hari ke 6 SP
“Na kamu kayaknya deket ya sama Hail… Mau
tolongin aku nggak Na…”
Sheila yang tidak terlalu dekat dengan Aina
tiba-tiba mengajak Aina ngobrol di pagi hari sebelum semua panitian memulai
kegiatan.
“Kalau yang lebih deket sih menurutku ya
Haris, teman sekelasnya Sel.”
Jawab Aina singkat.
“Maksud aku kamu satu-satunya wanita yang
bisa betah ngobrol sama Hail lama-lama Na. Soalnya Hail kan jutek kalau bicara
sama perempuan lain.”
Sheila menjelaskan maksud ucapannya di awal
tadi.
“Hmm… gitu ya… Terus emang apa yang bisa aku
tolong buat kamu?”
Aina bertanya asal walaupun sejujurnya dia
sudah mengerti maksud Sheila yang sebenarnya.
“Kamu tolongin aku deketin dia dong Na… Aku
udah suka banget sama dia semenjak hari pertama kita dateng di rumah ini. Dia
ganteng.. keren… pinter lagi… idaman banget lah pokoknya!”
Sheila memuji Hail sembari memohon untuk
dicomblangi Aina dengan Hail.
“Kenapa nggak deketin sendiri aja sih Sel?”
Aina bertanya karena merasa sedikit malas
dengan kegiatan mencomblangi orang.
“Soalnya dia susah banget dideketin…
sedangkan kamu kan udah lebih deket sama dia.”
Sheila bersikeras dengan keinginannya. Aina
yang sudah lelah dengan permintaan Sheila akhirnya menjawab ogah-ogahan.
“Iya nanti lah kutanyakan kalau ada waktuya .”
“Makasih ya Na… kamu emang bai….k banget.”
Sheila mulai memuji-muji Aina sambil terus
SKSD.
***
Hari ke
7 SP
“Ran aku jalan duluan ya sama Haris, mau ke
rumah Bu RT buat acara yang mau kubuat minggu depan.”
Aina sudah siap berangkat dan tidak lupa
untuk memberitahu ke Rania agar jika nanti ada apa-apa maka Rania tahu harus
mencari Aina kemana. Maklum.. sinyal di desa memang sedikit jelek, maka HP
menjadi sulit untuk digunakan untuk berkomunikasi.
“Iya.. kamu hati-hati ya Na… kalau Haris
ngapa-ngapain kamu.. nanti kamu teriak aja Na… biar semua pada denger dan bisa
selametin kamu…hahaha”
Rania mengejek Aina sampir tertawa sendirian.
“Kamu itu Ran ada-ada saja. Haris itu baik
tau! Gak mungkin dia ngapa-ngapain aku…”
Aina membalas sambil menyenggol pinggang Rania
dan ikut tersenyum.
***
Sesampainya di rumah Bu RT Aina dan Haris
menjadi semakin akrab karena sepanjang jalan mereka berdua sibuk mengobrol
hingga tidak sadar mereka sudah sampai di tujuan.
Haris memang adalah seorang laki-laki yang
baik sekali menurut Aina. Berbeda dengan Aina yang sangat ceroboh dan
selalu dibantu oleh banyak orang jika sedang di perjalanan. Haris yang baik
selama di perjalanan selalu memastikan Aina baik-baik saja, walaupun Aina hanya
tersandung batu kecil atau tergelincir sedikit saja. Saat Aina akan terjatuh
Haris selalu siap memegang Aina dari samping dan meminjamkan tangannya sebagai
pegangan.
Haris yang baik juga selalu saja
memberitahukan cara mengerjakan semua hal dengan baik dan benar secara sabar
pada semua orang. Aina menjadi sedikit membuka hati kepada Haris diam-diam.
Aina adalah seorang wanita tomboy yang cepat
sekali akrab dengan orang, namun dia tidak begitu bisa berhadapan dengan orang
yang dia sukai. Aina merasa bahwa dia adalah orang yang tidak tepat untuk
didekati oleh siapapun karena masih banyak wanita di luar sana yang jauh lebih
cantik, baik, pintar, dan sholehah daripada dirinya.
Lagipula menurut Aina, Haris itu memang baik
pada semua orang. Bukan baik pada dirinya saja.
Setelah selesai dengan urusannya di rumah Bu
RT mereka kembali berjalan pulang berdua.
***
Hari ke
8 SP
Aina kembali sibuk dengan jadwal piketnya di
hari Rabu.
Setelah selesai dengan kesibukan di pagi
hari. Aina, Talita, Haris, dan Dani sibuk mengobrol di dapur. Mereka
membincangkan akan memasak apa mereka di siang itu. Setelah memutuskan untuk
memasak sayur asem dan sambel serta bakwan jagung, keempatnya sibuk
mempersiapkan bahan yang akan dimasak.
Aina kebagian untuk membuat sambel dengan
cara diulek.
Karena pada siang hari semua panitia memang
sedang sibuk istirahat atau mengerjakan tugas masing-masing. Hail yang sedang
lenggang merasa bosan dan datang menghampiri ke dapur yang sedang ramai.
“Ris masak apa lo buat siang ini?”
Hail bertanya sembari berdiri di samping
Haris dekat kompor.
“Ya.. lo liat aja sendiri.”
Haris menjawab singkat karena sibuk memasak.
“Gue mau bantuin dong ris…”
Tiba-tiba Hail menawarka diri membantu kami
memasak siang itu.
“Lah piket lo kan kemaren Hail. Kenapa lo gak
masak aja pas lo piket?”
Haris penasaran karena perubahan temannya
itu.
“Yah… kalau dipiket gue mah cewenya gak ada
yang bisa masak ris. Males gue jadinya.”
Hail mengejek Rania dan Kayla yang memang
tidak bisa memasak dari awal. Makanan yang mereka buat memang selalu aneh dan
rasanya sedikit unik.
Karena Hail bersikeras ingin membantu, maka
Haris memikirkan suatu cara agar Hail tidak mengganggu di dapur.
“Yaudah mending bantuin Aina bikin sambel
sana…”
Haris menyuruh Hail sembari mengusir Hail
pelan-pelan. Haris tahu Hail tidak akan mungkin mau, karena dia sama sekali
tidak bisa membuat sambal. Apalagi yang diulek.
Hail yang bingung karena disuruh membuat
sesuatu yang dia tidak pernah buat sama sekali kemudian mengiyakan karena
memang sedang bosan tidak ada kegiatan.
Melihat Aina yang sudah mahir mengulek, Hail kemudian
menghampiri duduk di lantai.
“Na lo jago ya bikin sambel ulek?”
Hail penasaran dengan kemampuan Aina.
“Hm… biasa aja sih… soalnya udah sering bikin
di rumah.”
Aina menjawab tanpa melepaskan pandangan dari
ulekan.
“Ajarin gue dong Na… gue kan juga pengen bisa
bikin sambel kayak lo.”
Hail memohon dengan muka yang imut sekali
menurut Aina.
Aina kaget dan kemudian berhenti mengulek dan
melihat ke arah Hail.
Semua orang di dapur melirik ke arah Aina dan
Hail. Hail yang minta diajarkan untuk membuat sambal adalah pemandangan yang
sangat langka untuk mereka semua. Karena biasanya Hail akan cerewet dan jutek
mengenai semua hal yang orang lain lakukan.
“Kenapa kalian semua? Kok malah bengong ngeliati
gue?”
Hail protes karena merasa dirinya jadi
tontonan banyak orang.
Aina yang tersadar dari kekagetannya kemudian
menjawab.
“Boleh kok. Nih begini caranya…”
Aina mengajarkan dengan telaten sembari
menyuruh Hail untuk mencoba sendiri. Hail pun tidak protes ini itu saat
diajarkan.
Saat semua sedang sibuk di dapur, Sheila
datang karena dari tadi memang dia sedang mencari Hail di mana-mana. Saat
melihat Hail dan Aina berduaan di lantai dan juga melihat tangan Aina menyentuh
tangan Hail, Sheila panik dan kemudian ikut jongkong di samping Hail.
“Na biar aku aja yang ajarin… kamu istirahat
aja.. pasti capek kan udah piket dari pagi..”
Sheila tiba-tiba memotong pembicaraan Aina
dan Hail di tengah jalan.
Aina yang malas berurusan dengan Sheila hanya
merespon singkat dan kemudian berdiri perlahan.
“Oke. Nih lo aja yang ajarin.”
“Lo lanjutin sama dia aja ya il.”
Aina berbicara sembari menatap Hail. Kemudian
Aina keluar dari dapur. Semua merasa kedatangan Sheila di dapur sangat
mengganggu atmosfir yang tadinya baik-baik saja.
Hail yang sudah terlanjur mengiyakan untuk
membuat sambal akhirnya terpaksa melanjutkan membuat sambal dengan malas-malasan dengan sheila yang senyum-senyum di sampingnya.
***
Pada malam harinya. Ketika semua sedang
berkumpul di ruang tamu seperti biasanya. Aina malam itu sibuk dengan playlist
lagu di HP nya. Talita yang duduk di samping Aina merasa lagu-lagu di HP Aina
hampir sama dengan genre lagu yang ada di HP nya. Talita yang tahu dari Rania
bahwa Aina sangat tertarik dengan film horror kemudian memulai percakapan di
malam itu dengan Aina.
“Na lo suka sama yang serem-serem gitu kan?”
Tanya Talita kepada Aina di atas sofa ruang
tamu.
“Iya. Kenapa emang?”
Aina bertanya balik sembari memalingkan wajah
dari HP nya.
“Lo pernah denger lagu ini nggak Na?”
Talita menyodorkan satu headsetnya kepada
Aina.
“Wah lagu apa nih Tal? Kayaknya bagus. Gue
bagi dong…”
Talita dan Aina kemudian sibuk berkirim lagu
ke HP masing-masing.
Setelah sibuk mencari-cari lagu lain yang juga
berhawa seram, Aina merasa haus dan kemudian pamit untuk minum. Aina berjalan
ke arah dapur sendirian.
Saat sedang duduk sendiri di ruang makan
membelakangi ruang tamu sambil meminum air di tangannya, Aina terkejut karena
tiba-tiba seperti ada yang menyentuhnya dari belakang. Secara reflex ia berdiri
berbalik badan dengan cepat untuk bertahan dari apapun itu.
Ternyata sesuatu itu adalah Hail yang sedang
memegang HP dan headphone di tangan, Hail akan memasangkan secara diam-diam
headphonenya dari belakang ke Aina. Karena gerakan cepat Aina tadi bangku yang didudukinya tergeser ke samping. Hail membeku melihat ke arah Aina yang sedang memegang gelas di tangan. Jarak diantara mereka yang tadinya dibatasi oleh sebuah bangku menjadi tidak ada karena bangku yang sudah bergeser dari tempatnya.
Hail kemudian mundur selangkah dari tempatnya berdiri. Aina yang
kaget kemudian menjadi lega karena melihat ternyata Hail yang berdiri
dibelakangnya. Lalu Aina bertanya apa yang akan dilakukan Hail sebenarnya.
“Lo ngapain Hail diri di belakang gue
diem-diem? Bikin kaget aja tau nggak…”
“Gue cuma mau lo dengerin lagu yang gue suka
ini, siapa tau lo juga suka. Soalnya tadi gue denger lo suka sama lagu-lagu
serem gitu…”
Hail memberitahukan alasannya mengendap-endap
di belakang Aina dengan wajah polos.
“Yaudah emang lagu apa sih? Sini gue
dengerin.”
Aina kemudian hendak mengambil headphone di
tangan Hail, namun didului Hail yang sudah lebih dulu menaruh Headphonenya di
kepala Aina.
Aina terkejut karena Hail tiba tiba mendekat
kembali selangkah dan menaruh Headphone ditangannya ke kepala Aina. Setelah itu
Hail mundur kembali selangkah ke tempatnya tadi dan mulai memencet HP nya untuk
memulai lagu yang dia maksudkan.
Aina menghayati lagu dari headphone Hail
sambil melamun melihat ke HP yang sedang dipegang oleh Hail. Hail sendiri
serius melihat raut wajah Aina untuk melihat reaksinya.
Adegan tersebut kemudian membuat seseorang yang sedang mengintip diam-diam dari balik hordeng ruang tengah cemburu buta.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar